Pada ulang tahun ku yang ke 13, itu lah awal mula ku
merasa kesepian. Tidak memiliki teman seperti kebanyakan orang, yang bisa
bermain dengan temannya, ataupun sekedar berkumpul penuh dengan candaan.
Aku di kucilkan, bahkan dianggap gila oleh banyak
orang, karna tidak percaya dengan apa yang aku bicarakan. Bahkan sempat berkata
bahwa aku adalah anak kutukan. Ya bagaimana pun, itulah fase, semua ada masanya
aku di perlakukan seperti itu.
Di umurku yang ke 13 ini, aku berdoa untuk di berikan
sebuah teman bermain, laki-laki ataupun perempuan, asalkan dia bisa aku ajak
untuk berbicara.
Di pukul 8 malam ketika aku sedang duduk menghadap
jendela kamar, aku terus berharap bahwa ada orang yang datang untuk mengajak ku
berbicara. Dan ternyata malam itu, harapanku tidak terkabulkan.
Keesokan harinya seperti biasa aku pulang sekolah
sendirian melewati banyak rumah kosong yang belum sempat di huni, ya namanya
juga perumahan baru.
Namun ada satu rumah saat itu yang sepertinya ingin di
renofasi terlihat dari bahan-bahan bangunan di depan rumah tersebut. Namun ada
hal yang menarik disana, terdapat anak perempuan berambut pirang yang seketika
menoleh kearah ku.
Dia tersenyum namun seperti menunjukan ekspresi sedih.
Aku coba menghampirinya dan bertanya kenapa ia
bersedih, namun lagi-lagi ada orang yang dengan seketika mengatakan bahwa aku
ini gila. Aku menoleh kebelakang yang
mengatakan itu, namun ketika aku menoleh kedepan, perempuan tadi dengan
cepatnya menghilang, lalu aku menghiraukan itu semua, berusaha menutup telinga
dan menganggap bahwa semua itu tidak pernah terjadi.
Dimalam harinya ketika aku sedang mengerjakan tugas
sekolah dikamar, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarku. Aku coba menoleh
keluar dari balik tirai, namun nyatanya tidak ada siapapun di luar. Aku pikir
pertama kali, itu hanyalah anak kecil yang usil, ya kebanyakan anak kecil
didekat rumah ku ramai ketika malam hari ketimbang pagi ataupun sore.
Namun nyatanya hingga tiga kali terjadi hal yang sama
dan tidak ada siapapun di luar sana, dan akhirnya ketika aku mengucapkan “BIla kamu orang yang tadi, silahkan datang.
Aku tau kamu hantu dan ingin berkomunikasi. Silahkan datang, aku mengizinkan. “
Namun lagi dan lagi tidak ada siapapun yang datang
malam itu. Dan aku pun segera pergi tidur.
Malam itu aku di datangngi seseorang di dalam mimpi,
bukan perempuan tadi, melainkan seorang kakek-kakek yang memakai seragam
layaknya seorang peteran. Ia berpesan “Cobaan
hidup tetap cobaan. Tidak bisa di tentukan, dan tidak bisa di wujudkan. Selagi
kita msih hidupm semua itu akan terus berjalan.”
Aku tidak faham
dengan apa yang sebenarnya ia ucapkan, dan seketika terbangun karena
tanganku seperti ada yang mencubit dengan keras.
Aku terbangun, dan ternayata terdapat perempuan yang
tadi aku jumpai di rumah kosong. Aku bertanya kepadanya kenapa ada di sini,
namun dia tidak pernah menjawab satu pertanyaannya. Sampai pada akhirnya, ia
mengambil sebuah pulpen dan menulis di sebuah kertas dengan tulisan,
“Maaf aku ga
bisa bicara, mungkin lewat kertas ini kita bisa berkomunikasi dengan baik. “
Membaca tulisan tangannya, sontak aku terkejut, aku
baru tau kalau dia tidak bisa bicara, namun ada keistimewaan dengannya. Ia mampu
berbicara lewat pikirannya, terkadang kami berkomunikasi hanya dengan berbicara
melalui pikiran.
Di malam itu aku bertanya banyak hal, terutama apa
yang menyebabkan ia meninggal, sakit kah? Kecelakaan kah? Atau menyumbangkan
diri kepada alam?
Namun suatu hal
yang membuat aku terkejut adalah, ia merupakan anak yang tidak memiliki orang
tua. Sebelum ajal menjemputnya, ia sempat di siksa dengan cara di pukul oleh
orang yang mengasuhnya, beberapa kali sempat di tendang, dan ketika ia sudah
tak kuat untuk berdiri akhirnya ia di kurung di dalam gudang selama semalam
tanpa minum dan juga makan.
Ia kedinginan di dalam gudang yang gelap, merasa
ketakutan, haus dan juga kelaparan di sana, ia berusaha berteriak, namun ia
tidak bisa, yang hanya bisa ia lakukan hanyalah berdoa, harap-harap ada yang
baik hati menolongnya.
Benar saja ia di tolong oleh seorang remaja pribumi,
remaja tersebut menggendongnya, namun tiba-tiba remaja itu tak kuasa menahan
dirinya dan terjatuh. Ternyata remaja tersebut di pukul sangat keras dari
belakang, dan ketika ia sudah tersungkur di tanah, sebuah bilah berkilau nan tajam menusuk matanya, kemudian lehernya.
Ia sangat ketakutan, namun tak ada yang bisa ia
lakukan, ia memejamkan matanya, namun seketika semua yang ia lihat mulai menghitam
dengan perlahan, serta apa yang ia dengar mulai menghilang.
Itulah kematiannya, dan juga orang pribumi yang
berusaha menolongnya, dan kini mereka hanyalah jadi penghuni tak terlihat oleh
orang-orang yang lewat di sekitarnya.
TAMAT.