Perbedaan,
tak habis dijadikan bahan pembicaraan, sedangkanTuhan menciptakan perbedaan
untuk saling melengkapi. Namun di balik itu semua, apapun yang kita lihat, ada
yang tampak dalam kedipan mata ataupun kebalikannya.
Aku
salah satu orang yang beruntung memiliki kelebihan yang tidak semua orang
miliki, katanya. Namun aku sendiri beranggapan ini adalah kutukan, kutakan yang
menimpa seorang anak berusia 16 tahun.
Indigo?
Apa itu? Orang bilang itu adalah sebuah kemampuan spesial! Tapi bagi ku itu
tidaklah benar, justru aku benci mendengar kata tersebut.
Mengeluh? Sudah sering ku lakukan itu, tapi nyatanya, keluhan tidak dapat mengubah keadaan.
Namaku
Yudi Astira, aku bisa melihat mereka, yang aku anggap teman, namun tidak
terlihat oleh banyak orang. Kita berbeda, iya mungkin, alam kita pun berbeda,
tetapi mengapa aku bisa melihat mereka?
Aku
tidak pernah menyesal memiliki kemampuan ini, tetapi aku takut bisa pada
masanya aku harus ikut menjadi bagian dari mereka.
Kala
itu aku berlibur kepantai, bersama keluarga dan juga saudara. Mengejar kepiting
dan juga bermain pasir. Aku tudak suka dengan air laut, aku takut dengan ombak,
maka tak heran aku hanya bermain di tepi pantai.
Sepupuku
bernama Anna, dibandingkan dengan yang lainnya, hanya dia lah yang ingin
berkomunikasi dengan ku, banyak hal yang sering kami bicarakan berdua. Dan aku
bersyukur, karna ia tak bosannya mendengar cerita ku yang penuh dengan makhluk
tak berwujud jelas.
"Kira-kira,
kamu bisa ga ngebedain hantu sama manusia di pantai ini?! " Cetus Anna.
"Ya
mungkin aja bisa. " Balasnya tak yakin.
"Ko
gitu? " Cicitnya.
"Ya
habisnya mau gimana lagi? Rame, kecuali kita kekuburan, rame juga bisa keliat
mana hantu sama orang yang sedang ziarah " Jelasnya.
"Iya
juga ya! " Cicitnya, "Pulang nanti kira-kira kamu bakal liat apa?
" Sambung Anna.
"Liat
jalan dan juga kendaraan! " Balasnya sembari menjulurkan lidahnya.
"Ih
tengil ya! " Anna geram dan melempar pasir yang ada di kepalannya ke arah
wajah Yudi, namun dengan sigap Yudi menutup wajahnya lalu melempar balik
kemudian lari menjauhi Anna.
Dua
jam berlalu, dan kini pantai di penuhi oleh orang-orang yang ingin melihat
keindahan alam ketika senja mulai tiba, menyaksikan tenggelamnya sang penerang
bumi, dan berganti menjadi malam.
Pukul
7 malam, setah usai kami makan, kami bergegas memasuki mobil masing-masing
keluarga, kecuali aku.
Yudi
ikut dalam mobil keluarga Anna, dan mereka tidak ada rasa keberatan sama
sekali. Awal perjalanan Yudi merasa biasa saja, sampai pada akhir nya, di pukul
9 malam, Yudi mulai merasa gelisah, ia menceritakan kepada Anna, namun 20 menit
setelah ia bercerita. Ledakan terdengar dua kali pada ban bagian belakang
masing-nasing mobil, lalu mereka semua menepi.
Setelah
dicek keadaannya, ternyata ledakan berasa dari ban mobil yang pecah. Semua
orang di dalam mobil keluar, namun seketika ibu Anna kepalanya tejatuh. Sontak
orang-orang di sekelilingnya terjekut, darah berjatuhan kemana-mana.
Kaki
Yudi bergetar, dan kejadian yang sama menimpa ayah Yudi, terdengar suara
jeritan ketakutan berasal dari ibu Yudi, namun jeritan itu menghilang seketika.
Yang
tersisa hanya Yudi dan juga Anna, mereka kebingungan dan juga ketakutan. Apa
yang sebenarnya terjadi?
Anna
menoleh ke arah Yudi lalu mengatakan, "Kayanya ga lama lagi kita bakal
jadi bagiannya! "
Tak
lama dari ucapan itu, Anna terjatuh, Yudi melihat ke arahnya, ternyata terdapat
benda tajam menempus dadanya. Yudi tidak habis pikir, hanya ia yang tersisa.
Yudi menoleh ke arah belakang, namun seketika, besi tajam menembus lehernya.
Itulah
akhir dari seorang anak Indigo, yang takut bila ia menjadi salah satu bagian
dari kehidupan alam lain, namun takdir tidak ada yang tau, kapan dan bagai mana
kita kembali kepadanya, sang pencipta.
Tamat